Kamis, 13 Maret 2014

Toga Kima, Awal Cerita dan Perjalanannya

    Gaya hidup sehat saat ini selalu didengung-dengungkan. Popularitas meningkat bukan tanpa alasan. Modernitas yang menonjolkan kepraktisan guna menunjang mobilitas tinggi tidak saja meliputi teknologi seperti tablet, ultra book, android phone tapi juga makanan yang dikonsumsi sehari-hari. 

     Gerai-gerai junk food maupun mini market modern semakin mewabah hingga tingkat desa sehingga menemukan makanan-makanan instan bukan lagi perkara sulit. Toga atau tanaman obat keluarga hadir menjadi pilihan masyarakat di tengah gempuran zat-zat aditif dari makanan serba instan dan kondisi lingkungan yang sudah banyak mengandung zat polutan yang dengan halus mendekati kita dengan radikal bebasnya. Tanpa kita sadari, alam sebenarnya sudah menyediakan beragam obat alami yang bisa dipergunakan baik sebagai pencegah, penawar atau obat namun kita masih belum menyadarinya.

 Ranting 1 Kima sebagai bagian dari masyarakat yang juga mendukung gaya hidup sehat telah mengupayakan pemanfaatan toga sejak tahun 2010. Diawali dengan lomba toga antar ranting pada tahun yang sama dimulailah perjalanan pembuatan taman toga. 

   Kami pada saat itu memanfaatkan lahan kosong yang terletak di belakang kompleks Posyandu. Penentuan lokasi dilakukan oleh Ibu Ketua dengan format petak-petak yang saling berdampingan antar 4 ranting. Pembuatan taman toga dilakukan dengan bantuan bapak-bapak asrama sedangkan perawatan dan pemeliharaannya dilakukan oleh kami. Sayangnya kami tidak memiliki dokumentasi berupa foto sebagai pendukung yang bisa dihadirkan mengenai kondisi taman toga pada tahun 2010 tersebut. 

Lomba toga yang pertama kali kami ikuti adalah lomba toga antar ranting yang diikuti oleh lima ranting dalam rangka hut ke-64 Persit Kartika Chandra Kirana. Kepengurusannya digawangi oleh Mbak Lestari Jahuri (Tari) dan berhasil meraih juara 1. 

Keunggulan taman toga yg berhasil mengantarkan menjadi juara adalah terdapatnya buku jenis-jenis toga serta pemanfaatannya dan sajian jamu sebagai contoh pemanfaatan toga. Juga berkat kepemimpinan Mbak Tari yang dapat mengarahkan dan memberikan semangat sehingga dapat mengantarkan pada kesuksesan.

Menurut info yang kami himpun dari Mbak Tari kondisi taman toga pada waktu itu masih sederhana meski tanaman toga yang dimiliki sudah mencapai ratusan jumlahnya. Terdapat 4 buah jalur panjang berupa gundukan-gundukan tanah yang dipagari sekelilingnya serta diberikan papan nama di setiap tanaman lengkap beserta khasiatnya. Di bagian depan terdapat papan nama taman toga yang menunjukkan identitas nama ranting sebagai pemilik sekaligus pengelolanya. 

Tanaman toganya sendiri didapatkan melalui hasil pencarian mulai dari lingkungan sekitar, rumah-rumah anggota yang menetap di luar asrama hingga ke pelosok dusun. Sungguh penuh semangat ya mereka. Tidak heran pantas untuk jadi juara. Bravo!

Next blognya akan bercerita tentang kondisi taman toga di tahun 2011 hingga 2013.. 

Sampai jumpa di blog berikutnya! 



















Tidak ada komentar: